Our social:

Selasa, 21 Agustus 2018

MySTORY SEX : CERITA KISAH KENANGAN DIMALAM NATAL YANG TAKTERLUPAKAN TERUPDATE 2018 || STORY SEX.18+

CERITA KISAH KENANGAN DIMALAM NATAL YANG TAKTERLUPAKAN TERUPDATE 2018 || STORY SEX.18+

Hoyajackpot - Kali ini Saya akan menceritakan Cerita Sex, Pertama-tama saya ingin memperkenalkan namaku sebagai Alex dan kisah tak terlupakan ini terjadi pada malam natal ini dimana umat kristiani sedang ramai menyiapkan untuk harinya tetapi aku mencoba merayakan natal dengan caraku sendiri bersama kekasihku Windi dan teman baikku yang bernama Trisno di malam natal.

HoyaJackpot
 Waktu bertemu Windi memakai pakaian blouse kaos ketat you can see dan panjangnya sampai tengah pahanya sehingga paha putih mulus akan terlihat jelas, blouse berwarna hitam putih berbahan tipis dan di bagian atas model tali terkait ke bahunya.

 Blousenya itu mencetak jelas body dan buah dadanya yang berukuran 36B dan dari bokongnya yang nungging terbentuk bulatan penuh menyerupai gunung kembar terlihat celana dalam kecil dan tipis tercetak di blouse bagian belakangnya, paha putih mulusnya jika selagi duduk terlihat celana dalam tipisnya yang berwarna hitam sungguh seksi malam ini.

 Trisno tersenyum senang ketika bertemu apalagi melihat Windi terlihat seksi kulihat dia beberapa kali mencuri pandang ke Windi dan ketika kami bertiga berjalan dengan mobil dia beberapa kali berbicara dengan Windi sambil membalikkan tubuhnya ke belakang karena Windi duduk di belakang sementara aku terus menyetir mobil menuju ke karaoke di bilangan Harmoni.

 Kita memang ingin santai terutama aku karena untuk melepas stress akibat pekerjaan, bernyanyi dan tertawa di ruang tertutup tentu lebih enak dan puas. Memang betul, dicoba saja walaupun suara anda pas-pasan atau fals, tidak usah anda pikirkan karena semua teman anda tahu bahwa anda bernyanyi dan menikmati suasana untuk melepas beban kerjaan, teriak-teriak saja boleh kok! asal teman anda jangan pada budeg saja jadinya.


 Kami bertiga masuk keruangan VIP room di VIP ini ada kursi mebel yang panjang berbentuk huruf U kamar tidur tersendiri dan kamar mandi dalam lengkap. Setelah memesan makanan dengan satu picher bir dan nasi goreng berikut kentang goreng plus kacang mede, kami bernyanyi bersama dan kadang sendiri diselang-seling dengan dansa bertiga dan joged berdua pokoknya semua happy.

 Setelah tuntas makan dan minum kembali bernyanyi setelah melihat suasana telah menghangat aku melihat antara Trisno dan Windi adanya perasaan ingin berbincang tanpa adanya aku, maka aku mengambil inisiatif untuk ke bawah, bilangnya untuk mengambil rokok, padahal tinggal pesan saja ke kamar rokok dapat di antar ke kamar.

 Bagaimanapun juga peristiwa yang lalu sudah berlangsung cukup lama sehingga mereka agak cukup riskan juga untuk lebih mengakrabkan suasana yang ada. Ini terlihat ketika beberapa kali Trisno berusaha lebih mendekatkan diri ke Windi dengan posisi duduk Windi di antara kami berdua terlihat.

 Trisno kadang dengan ragu meletakkan tangannya di pundak Windi apabila Windi merebahkan badannya ke sofa, kadang dengan pura-pura bercanda tangannya diletakkan di paha Windi dan Windi juga terlihat canggung, kadang mencubit paha Trisno kadang merebahkan kepala dan badannya ke pundak Trisno dan kepadaku juga dia melakukan hal itu. Akhirnya, “Aku ke bawah dulu ya… mau ambil rokok di mobil.


 ”kataku. Kulihat Trisno tersenyum, “Saya kalau bisa Marlboro…” kata Trisno. Windi hanya tersenyum, “Yaa sudah saya cariin deh kalau ada warung rokok di seberang jalan,” kataku memberi kesempatan ke mereka berdua untuk waktu yang agak memungkinkan mereka lebih mengakrabkan suasana yang ada karena bagaimanapun Windi adalah kekasihku dan Trisno adalah teman baikku yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri.

 Aku keluar ruangan dan segera mengambil rokok di mobil dan segera naik kembali ke atas. Aku sengaja tidak masuk ke dalam ruangan, tapi karena kulihat pintunya yang sebagian tengahnya dari kaca gelap maka aku dapat melihat ke dalam. Aku ingin tahu apa mereka telah akrab kembali? Kebetulan di lantai atas suasananya sepi dan dari luar kaca itu aku dapat melihat ke dalam, karena di dalam ruangan itu lampunya dalam keadaan hidup sementara di luar dalam keadaan gelap.

 Biasanya di dalam dimatikan dan hanya diterangi dari cahaya TV yang menyala. Kulihat ternyata posisi Trisno telah berubah sekarang. Mereka terlihat sedang saling berpelukan mesra. Kulihat tangan Windi melingkar ke belakang leher Trisno, sementara tangan Trisno juga memeluk pinggang Windi. Trisno sedang mencium bibir Windi dan ternyata Windi membalas dengan menengadahkan kepalanya ke atas.

 Mereka saling melumat, terlihat dari gerakan kepala Trisno dan Windi yang saling berpindah posisi miring kiri dan kanan dengan penuh emosi mereka berdua tengah saling mempermainkan lidahnya. Setelah cukup lama maka tangan Trisno mulai merayapi lekuk lekuk tubuh Windi.


 Kadang tangannya meremas bongkahan bokong Windi dan perlahan merayap ke atas dan sampai ke gundukan bukit buah dada Windi dan dengan remasan perlahan tapak tangannya lalu membuat gerakan meremas dan memutar seperti memijat.

 Ketika Windi menengadahkan kepalanya ke samping segera Trisno menundukan kepalanya ke gundukan buah dada Windi dan melakukan gerakan mencium buah dadanya dari luar blouse sambil menciumi dada Windi. Dari luar, tangan Trisno menarik tali di pundak kiri Windi lalu menarik tali itu ke bawah melewati tangannya karena dia tidak memakai BH.

 Maka tersembulah buah dadanya bagian kiri dengan daging yang putih mulus dengan putingnya yang telah mengeras di muka Trisno. Dengan perlahan lidah Trisno menyapu gundukan bukit buah dada Windi dan kadang menghisap perlahan puting Windi.

 Kulihat Windi memejamkan matanya dan mulutnya terbuka. Aku tidak dapat sama sekali mendengar erangan dan desahan Windi karena ruangan itu kedap suara dan juga adanya suara lagu-lagu yang terus berputar di ruangan itu. Tapi itu tidak menghalangi keinginanku untuk terus melihat dari luar tanpa berusaha untuk masuk ke dalam kamar karena aku sudah berjanji kepada Trisno bahwa aku akan membagi semua milikku kepadanya termasuk kekasihku dan aku akan ceritakan di lain kesempatan bagaimana Trisno juga memberikan adiknya kepadaku.


 Windi telah birahi, dia menggelinjangkan badannya ketika Trisno terus menghisap putingnya. Sementara tangan kanannya mengangkat pinggul Windi ke atas dan Windi dengan pasrah mengikuti gerakan tangan Trisno yang mengangkat blouse ketat Windi ke atas. Blouse itu berhenti di atas pinggulnya sehingga sebagian pinggulnya yang putih mulus itu telah berada di dalam genggaman tangan Trisno.

 Tangan itu terus mengusap dan membelai paha jenjang, sementara celana dalam hitam Windi yang tipis terlihat jelas dan gundukan daging liang kemaluannya tercetak di kain penutup celananya juga terlihat remang-remang bulu-bulu kemaluannya keluar dari atas celana dalam mini Windi.

 Tangan Trisno yang kiri kulihat membuka reitsleting celana jeansnya dan kulihat tangannya mengeluarkan kejantanannya yang ternyata telah menegang dan besar lalu mengarahkan tangan Windi untuk memegang batang kejantanannya.

 Windi dengan perlahan memegang batang kemaluan tersebut, dan secara perlahan lama kelamaan mulai mengurut batangan itu ke atas ke bawah dan mereka berdua terus memberikan rangsangan kepada lawannya masing-masing. Tangan Trisno kadang meremas bongkahan pantat Windi dan meremas pinggul Windi.


 Sementara Windi tangannya terus mengurut batang kemaluannya ke atas ke bawah. Cukup lama mereka melakukan hal itu. Kurasa mereka berdua saling mendesah dan mengerang terlihat dari gerakan bibir dan mulut Trisno dan Windi yang kadang terbuka dan tertutup.

 Kadang mereka saling bicara diselingi ciuman mesra layaknya orang bercumbu penasaran dan cemburu pasti ada pada diriku tapi dorongan untuk melihat tindakan mereka berdua lebih kuat di otakku saat ini. Blouse Windi, tali dipundaknya telah terlepas kedua-duanya ke bawah sehingga blouse tersebut kini terlipat di tengah badan Windi, bibir dan lidah Trisno berganti-ganti mengisap dan melumat bukit dada Windi kiri dan kanan membuatnya mengerang dan menggelinjang badannya.

 Kulihat Trisno berkata sesuatu ke Windi dan tangan Trisno mengangkat Windi ke pangkuannya kulihat Trisno duduk menyandarkan badannya ke belakang. Sementara Windi duduk di pangkuan Trisno, dengan mesranya tangan Trisno meremas bongkahan pantat Windi sementara mulut mereka berdua saling lumat saling bermain lidah dan kadang tangan Trisno keduanya meremas kedua bukit dada Windi dan Windi pun karena terangsang mulai menggerakkan perlahan pinggulnya maju mundur.

 Rupanya batang kemaluan Trisno tengah digesek-gesekkan ke belahan kemaluan Windi walaupun Windi tetap memakai celana mininya yang tipis, tapi aku yakin Windi merasakan gesekan batang kemaluan Trisno di belahan kemaluannya.


 Tak kumengerti kenapa Trisno tidak melepas celana dalam Windi yang tipis dan kecil itu padahal tinggal menarik atau menggeser sedikit tutup kain tipis kecil penutup belahan kemaluan Windi, maka liang kemaluan Windi akan terbuka di hadapannya dan tentu batang kemaluan besar itu dapat menerobos belahan liang kemaluannya.

 Hanya terlihat tangan Trisno masuk ke dalam celana Windi di bagian pantat dan hanya dengan menggeser kain tipis pada pantat Windi. Jemari Trisno dengan leluasa meremas bongkahan pantat Windi.

 Saya hanya bermasturbasi ria sambil menonton atraksi yang menggairahkan itu. Windi terus bergerak di pangkuan Trisno, kedua tangannya merangkul leher Trisno sehingga bukit buah dada Windi tepat berada di muka Trisno. Sementara gerakan pantatnya maju mundur memberikan gesekan pada belahan kemaluannya kadang kepalanya tertunduk dan membuat bukit dadanya menekan muka Trisno saat itu Trisno memberikan sapuan pada bukit tersebut dengan lidahnya.

 Pada saat kepalanya terlempar ke belakang, Trisno meremas buah dada itu dengan tangan kanannya melakukan gerakan memuntir perlahan puting Windi. Sementara tangan kirinya menyelinap ke belakang bongkahan bokong Windi dan membantu menggerakkan pinggul Windi maju mundur berirama kadang cepat kadang dengan gerakan lembut.


 Lidah dan mulutnya tak kalah sibuk terus melumat dan menjilati sekujur dada, leher dan muka Windi seperti mandi kucing. Kurang lebih lima belas menit mereka berdua bergerak seperti penari erotis dan akhirnya Windi sepertinya telah ejakulasi dengan keluar air kenikmatannya, terlihat dari gerakannya yang perlahan dan lemas dibahu Trisno.

 Trisno berbisik dan lalu merebahkan Windi ke kursi panjang itu dengan posisi tetap seperti dalam pangkuan. Maka ketika direbahkan ke kursi posisi Windi dalam keadaan tertindih dengan kakinya yang tetap mengangkang lebar. Sementara kedua paha Trisno berada di antara paha Windi.

 Batang kemaluan Trisno dalam keadaan menegang tetap berada di belahan kemaluan Windi yang ditutupi celana mini tipis itu. Tangan Windi memeluk leher Trisno dan bibir mereka kembali saling berpagutan dan terlihat mereka berdua saling bermain lidah. Sementara tangan Trisno tak lepas dari meremas dan membelai bukit buah dada Windi. Lalu Trisno berkata sesuatu ke Windi dan kulihat Windi menggelengkan kepalanya. Yak lama kemudian Trisno perlahan mulai menggerakkan pinggulnya naik turun. Kulihat gerakan itu teratur bergerak naik turun dan kadang menekan. Sementara Windi menengadahkan kepalanya ke atas.

 Aku tidak tahu apa mereka bersenggama atau hanya eges-eges (gesek gesek) tapi celana dalam Windi tetap berada pada tempatnya. Kalau melihat gerakan mereka persis seperti orang bersenggama tapi kok celana itu? Trisno terus bergerak maju mundur membuatku penasaran dan batang kemaluanku tegang sendiri.


 Memikirkan itu aku panik juga bagaimanapun dia itu adalah cewekku tapi ini kami lakukan hanya untuk membuat dia senang dan mengisi kekosongan di dalam suasana yang BT. Untuk itu aku harus memastikannya aku segera membuka pintu perlahan, tapi ternyata mereka berdua tidak mengetahuinya, pasti karena suara lagu yang diputar cukup keras sehingga mereka tidak tahu dan menyadari adanya kehadiranku di belakangnya.

 Dengan berdiri di belakang mereka aku dapat melihat jelas Trisno posisinya dengan bersandarkan pada kedua sikunya sehingga tubuhnya tidak menghimpit badan Windi tapi buah dada Windi tetap saling berhimpitan dengan dadanya. Sedangkan bagian bokong Trisno terus melakukan gerakan memajukan dan menarik pantatnya.

 Kulihat Windi mengerang dan mendesah perlahan, tapi aku tidak dapat melihat apakah celana dalam Windi digeser kain penutup depan bagian liang kemaluannya atau tidak karena terhalang oleh body Trisno yang tinggi besar, dan memang celana itu tetap berada di tempatnya hanya merosot sedikit ke bawah.

 Terlihat tali celana itu tidak lagi berada di pinggangnya tapi telah berada di pinggul. Penasaran melihat mereka akhirnya aku merasa yakin mereka hanya gesek- gesek, maka aku rebahan di kamar tidur kurang lebih sepuluh menit aku rebahan menenangkan diri.


 Ketika telah tenang otakku akhirnya kupanggil Windi ke dalam, “Windiii…” kataku. Tak ada jawaban , “Windiiiii…” kataku lagi. “Yaa…” kata Windi menjawab.

 Aku rasa dia berdua kaget kalau aku ternyata telah di dalam. Windi ke dalam dan tersenyum malu dengan wajah merah. “Kenapa sayang…” kata Windi sambil memelukku. “Kamu tadi ngapain…” kataku menyelidik sambil memandangnya gemas. “Kamu kan lihat sendiri…” kata Windi.

 “Kamu tidur sini…” kataku menarik dia rebahan di tempat tidur. Tanpa buang waktu ketika dia belum rebahan kulepas baju kaosnya sehingga tinggal celana dalam mininya. Perlahan kujilati buah dadanya, terasa wangi permen menthol. Memang di depan disediakan permen, tapi terus saja kulumat putingnya.

 Dia mengerang dan rupanya dia tidak sabar, segera menarik kaosku ke atas serta segera melepaskan celana panjang dan celana dalamku. Rupanya pemanasan yang dilakukan tadi di luar bersama Trisno terlalu lama membuatnya sudah ingin untuk bersenggama. Kejantananku yang sudah menegang segera dipegangnya lalu dihisap dan dilumat ke dalam mulutnya.


 Kurasa dia begitu terangsang birahinya karena dalam melumat batang kemaluanku semua ditelannya sampai mentok di tenggorokannya. Kadang bijiku dihisap dan lidahnya bermain di sekujur batang kemaluanku sampai ke buah zakarku dijilatinya. Lidahnya terus bermain-main di ujung kepala kemaluanku dan menggeser-geser belahan lubang kencing kemaluanku. Rasanya… “Uuufff aakkhhh…” desahku.

 “Gila banget! Kamu sudah konackhh ya.. Windi…” erangku keenakan dan terasa geli kadang meriang (coba saja hal itu dengan pasangan anda pasti meriang itu badan). Gila juga Windi kalau sudah panas dia seperti orang di padang pasir. Habis semua kemaluanku dilumatnya, sementara kulihat dicelananya ada gumpalan cairan membasahi kain celana penutup belahan kemaluannya, seperti bulatan. Rupanya dia sudah banjir dari tadi atau bekas air mani Trisno? Penasaran aku tanya dia, “Kamuuu tadi gituan yaaa…?” tanyaku penasaran.

 “Emmmhh… emmhhhff…” dia tidak menjawab hanya terus melumat batang kemaluanku lebih kuat lagi. Digigitnya kepala kemaluanku pelan dan gemas, “Akkhhh… gilaaa kamuuu…” kataku. 

 Batang kemaluanku mengeras kuat seperti besi. Kubiarkan dia memuaskan hasratnya melumat habis kejantananku dari ujung sampai pangkalnya. Momen ini kunikmati dan segera kubuka celana dalamnya, ternyata kemaluannya telah basah dan lembab. Saat kubelai belahannya masih terasa rapat, jadi mungkin dia belum sampai sejauh itu, pikirku.


 “Kamu di atas Win…” kataku menarik badannya ke atas menduduki pinggangku. Perlahan dengan tangannya yang menggenggam batang kemaluanku mulai diarahkannya ke lubang kemaluannya. Kepala kemaluanku perlahan ditekan dengan bibir kemaluannya dan perlahan membelah bibir kemaluannya yang telah basah membuat lebih mudah kepala batang kemaluan itu menyusup belahannya.

 Terus Windi menekan ke bawah pinggulnya dan, “Akhhh…” erang Windi. “Enaaakkk… aduuhhh pelan-pelan, enakkk…” desahnya. “Uufff… yaa enaakk…” desahku keenakan. Pelan-pelan batang kemaluanku makin lama makin tenggelam ke dalam liang kemaluannya. “Akkkh… masuuukkk… ookkhh kontolllu… akkkggg… ennnakkkk…” erang Windi terpejam.

 “Gilaaa… liang kemaluan kamuuu… masih rapat Windi…” kataku sambil menghentakkan pinggulku ke atas dan menariknya ke bawah perlahan seperti slow motion berulang kali. Setelah sepuluh kali dengan gerakan itu, terasa telah dengan bebas dan mantap terkendali kemaluanku menyodoknya. Lama kemudian gerakan batang kemaluanku makin mantap menyodok liang kemaluan Windi.

 Dengan sepenuh tenaga kugerakkan pinggulku naik turun tanpa henti sebanyak dua puluh kali membuat Windi berteriak sambil matanya terpejam histeris, “Aaakk.. akhhh.. akkkhh… oohhkkk… aahhh.. uufff… aduhhhh… giilllaa… aahhh… aadduuhh…” terengah Windi.


 Sangat bergairah dia dengan gerakanku membuatnya membalas gerakanku dengan hentakan kasar. Windi segera menghentakkan pinggulnya cepat kadang dia melakukan gerakan memutarkan pinggulnya sehingga terdengar bunyi “Brreeoott… brreettt… brreeeoott…” Rupanya telah banjir sekali di dalam liang kemaluannya tapi dinding kemaluannya tetap menjepit batang kemaluanku. “Luar biasa, gila kamuuu hot bangetttt.. Winnn…” kataku.

 “Gue mauuu yang kuattt… yang kuattt nekannya ahhkkk.. yang panjang kontolnyaa… akkkhh terusss ngentotin kontolnya… akkgg…” erang Windi histeris. Kurasa Trisno juga mendengar erangan Windi karena pintu kamar tidak kututup ketika Windi masuk tapi biar saja dia terangsang, pikirku.

 Selang lima belas menit ternyata gerakannya makin panas saja. Habis sudah kemaluanku dihisap ditarik di dalam liang kemaluannya. Sementara badannya telah keringatan, “Aahh… aaahhkkk… uufff… ennaakk…” desah kami berdua. Kadang aku sengaja mengangkat pantatku tinggi-tinggi dan dia menekan kemaluannya makin ke bawah terus pinggulnya berputar-putar sehingga terdengar bunyi “Breeet brett brrett…” Terasa panas di sekitar batang kemaluanku.

 Kuat juga aku telah dua puluh menit dengan gerakan yang membuat keringat membanjir tapi sampai saat ini belum terasa juga kalau air maniku akan keluar. Biasanya yaaa dengan gerakan yang seperti biasa paling lama sepuluh menit keluar air maniku. Mungkin karena aku ingin membuktikan bahwa aku juga bisa kuat dari teman baikku.


 Yang jelas batang kemaluanku dalam keadan stabil menegang terus dan gerakanku tidak berubah. Kadang lembut dengan hentakan yang kuat dan kasar dengan gerakan memutar dan mengocokkan batang kemaluanku terasa seperti membor lubang kemaluannya dan ternyata Windi menyukai gerakan dan hentakan yang kulakukan.

 “Giiilaaa.. kamu kuat sekali… tumben tuh… oohh gue puaasss…” desah Windi keenakan dengan tersenyum puas. “Ya sudah lama ya Win, nggak beginii…” desahku. Karena tidak keluar-keluar juga ini air mani, akhirnya kami kecapaian sendiri. Dalam keadaan terengah-engah keenakan kami berhenti sebentar. Akhirnya aku tanya ke dia, “Bagaimana kalau kita istirahat dulu Windi..” ternyata dia mengangguk setuju dengan muka memerah dan keringat di dahinya menetes. Aku usul lagi,

 “Kita keluar yukk… Win... kasihan Trisno… sendiri di luar,” kataku. Tanpa bertanya lagi Windi lalu melepas segera batang kemaluanku dari lubang kemaluannya. Rupanya dia juga belum tuntas dan keluar dari kamar berjalan dengan telanjang bulat. Dia keluar sendiri, sementara aku menjadi bengong. Ternyata Windi tanpa bertanya lagi keluar kamar dalam keadaan badan telanjang bulat.

 Gillaa! sudah konak dia rupanya. Beraninya dia telanjang bulat menemui Trisno di ruang depan. Aku tersentak, segera ke kamar mandi mencuci kemaluanku yang telah basah oleh karena air kenikmatan dari liang kemaluan Windi. Di kamar mandi aku berpikir ngapain Windi di luar bersama Trisno, tentunya Trisno terkejut dengan kehadiran Windi yang telanjang bulat di hadapannya. Setelah cukup lama di kamar mandi membersihkan diri sekitar kemaluanku. Perlahan aku keluar kamar dan berdiri di pintu. Kulihat sesuatu yang telah membuat aku terkejut. Gila! aku jadi terangsang sendiri melihatnya.


 Windi ternyata dalam posisi yang sangat seksi sekali. Mungkin Windi telah tinggi birahinya. Sepertinya telah terangsang penuh birahinya dan tanpa malu dan ragu lagi dia dalam posisi menungging. Dalam posisi menungging di atas kursi dalam keadaan telanjang bulat. Terlihat tubuh putih mulusnya dengan lekuk tubuhnya, bokongnya putih mulus dan pinggul yang cukup besar pinggangnya yang ramping.

 Bokongnya yang tinggi ke atas dan buah dadanya menjuntai keras membentuk bulatan dengan putingnya yang telah mengeras, rambutnya yang hitam dan panjang lurus sebagian tergerai kesampingnya, sebagian lagi menutupi pundaknya yang halus dengan bulu-bulu halus di sekitar pundaknya menambah seksi posisinya. Sementara tangan kiri Trisno mengusap dan membelai serta kadang meremas bongkahan pantat Windi yang sedang menungging itu. Tangan kanan itu meremas buah dada Windi dengan remasan perlahan dengan jemari menjepit puting Windi.

 Trisno telah menarik celananya sendiri berikut celana dalamnya ke bawah di antara lututnya. Batang kemaluannya terlihat menegang keras dan besar dengan bulu-bulu kemaluan yang berwarna hitam. Sedangkan kepala kemaluannya berwarna merah dengan diameter ukuran botol Aqua 600 ml.

 Ukuran batangnya panjang 23 cm, diameter batangnya 6 cm. Terlihat kepala kemaluannya tengah dicium-cium oleh bibir WindiWindi ternyata sedang asyik menciumi kepala batang kemaluan dan belahan air kencingnya. Dengan posisi menungging, dalam keadaan telanjang bulat, perlahan-lahan mulut itu menelan kepala dan batang kemaluan itu. Hampir tidak muat mulut Windi menelan kepala itu.


 Mulutnya harus membuka selebar-lebarnya dahulu baru dapat mengulum batang kemaluan Trisno. Perlahan dan tak lama kemudian terlihat kepala Windi naik turun ke atas ke bawah dan kadang lidahnya menjilati batang kemaluan Trisno yang besar.

 “Aahh Gooddhhh…” desah Trisno terpejam keenakan. Sementara Windi hanya mengerang karena tangan Trisno terus memberi remasan di sekitar kemaluannya. Terlihat tangan kiri Trisno menyusup dari bawah badan Windi dan berhenti jemarinya ketika berada di belahan selangkangan paha Windi. Jarinya bergerak membelai belahan kemaluan Windi yang telah basah. Setelah kurang lebih lima menit menyaksikan adegan yang mendebarkan jantung, perasaanku berdebar kencang karena terangsang.

 Aku benar tidak sabar melihat adengan itu. Kemaluanku mengeras kembali malah lebih keras dari yang tadi pada saat bersenggama di dalam kamar. Dalam keadaan telanjang bulat dengan batang kemaluan menegang aku menghampiri mereka. Kulihat mereka kaget, “Oopppss…” kata Trisno kaget. “Sorry gue nggak tahan…” kataku. Tanpa permisi lagi kuambil posisi di belakang bokong Windi yang polos dan dengan berjongkok di belakang Windi, mulutku langsung menjilati kemaluan Windi.

 Ternyata Trisno hanya tersentak sedikit tapi dia terus malah mengangkangkan kakinya lebih lebar sehingga belahan kewanitaan Windi itu lebih terkuak membuka, sehingga klitorisnya terlihat dan segera kujilati klitorisnya dan kumainkan lidahku di sekitar klitorisnya. “Aakkhh emhhff ahhh mmhhh aauufff… ahh…” desah Windi dengan kepalanya yang makin cepat bergerak naik turun di selangkanganku. Sementara tangan keduanya telah meremas buah dada Windi. Terus kumainkan belahan liang kemaluannya dan kadang lidahku menerobos masuk ke dalam belahannya terus mengkilik-kilik sekitar klitorisnya yang terlihat memerah.


 “Emmhhpp… emmppphh… ahhh…” dia mengerang keenakan. Kurasakan dia menggerakan pinggulnya dengan irama dangdut, yaitu menggerakkan perlahan bokongnya serta meliuk-liukan badannya dan berkedut-kedut liang kemaluannya, “Emmfff… mmmbhh…” kadang badan Windi di angkat ke atas dengan cara menekan buah dada Windi ke atas. Ketika itu bibir kami berdua saling berpagutan desahnya tidak tahan lagi dan terus tangannya mengarahkan kepala kemaluanku ke dalam lubang kemaluannya dan perlahan,

 “Ahhkkk… aah ahhh… oohhh… ennaakknyaaa…” erang dan merintih dalam kenikmatan kemaluanku masuk perlahan. Tak lama batang kemaluanku dalam hitungan detik tenggelam sudah di dalam liang kemaluan Windi yang telah basah dan hangat dinding liang kemaluannya. “Aahh… aahhh… aahhkk… dorong yang kerass.. ahk yaaa… aahkkk dorong terusss…. yyaa… ahkk tekan yang dalammm… eennaakhh…” rintih Windi sambil terus mengikuti gerakan dorongan pinggulku yang menghentakkan batang kemaluanku seluruhnya ke dalam lubang kemaluannya.

 “Bleeppss… sleepss… bleebss… slleeppss bblleppss… slleppsss…” “Aahhh… aahhh aahh eenaaknya… kamuuu… gilaa luaarr biasaa… enakkk ngentotin kamu Windiiii… akkhh…” erangku kenikmatan terasa hangat batang kemaluan. Dengan posisi kuda-kuda yang sangat mantap kakiku terasa menapak bumi tidak bergeser dalam menggerakkan pinggulku maju mundur sehingga pusat tekanannya dapat kupusatkan kepada batang kemaluanku yang terus menggenjot atau menggelosor keluar masuk belahan liang kemaluannya.

 Dengan gerakan seperti menyalurkan tenaga dalam maka nafasku dari seputar perut kuatur semua gerakanku sehingga gerakan yang terjadi bukan melalui pikiran tapi telah digerakkan secara otomatis melalui sekitar pinggulku nafasku perlahan dalam satu kali tarikan nafas, aku dapat menghujamkan kemaluanku sebanyak tiga kali atau bisa sampai tujuh kali. Pada saat melepas nafasku, keluar gerakan kulakukan berputar sekitar pinggulku, sehingga otomatis batang kemaluanku melakukan gerakan berputar dua atau berkali-kali di dalam liang kemaluannya.


 “Aahkkk… akhh… gilaaa… gilaaa… akkhhh… akhhh… gilaaa… enakk… enaakk… ahhh… uuuff… adduhh… enaknyaaa… aaookhhh…” Windi merintih dan mengerang. Trisno melihat kepadaku dengan pandangan tidak percaya kalau aku dapat melakukan gerakan seperti itu yang membuat Windi kelojotan dan bergetar seluruh persendian badannya. Baru tahu dia, pikirku tersenyum kepadanya dan rupanya membuatnya menjadi terangsang.

 Kulihat matanya saat itu terbelalak ketika melihat batang kemaluanku keluar masuk teratur dengan nafas yang teratur juga. Batang dan kepala kemaluannya memerah dalam cengkeraman tangan Windi. Batangnya makin lama makin mengeras, karena Windi makin lama dia tidak dapat mengcengkeram diameter batang kemaluan itu.

 Windi makin mempercepat gerakan tangannya menarik dan melakukan gerakan memutar atau seperti memelintir batang itu. Ternyata Windi hanya tahan sepeluh menit di dalam menghadapi adukan batang kemaluanku yang mengamuk di dalam liang kemaluannya hingga dia melenguh dalam rintihan, “Aahhh… aakkhhh… ooohhhh gueee keluaarr…” badannya bergetar hebat dan matanya terpejam dan mulutnya terbuka menganga lebar.

 Trisno terpaku memandang Windi yang ejakulasi dengan badan yang bergetar dan akhirnya Trisno rupanya tidak tahan melihat keadaan yang ada di hadapannya dan yang juga terjadi pada batang kemaluannya. Sehingga matanya membelalak dan lalu terpejam, “Aahhkk aaahhh… ahhkkk…” keluar air maninya di dalam genggaman tangan Windi. Air mani itu meleleh di jari-jari Windi. “Ha.. haa haa…” aku tersenyum penuh kemenangan.


Kalah lama dia karena aku sendiri belum apa-apa saat ini. Setelah Windi mengelap tangannya dengan tissue basah, kutarik dia untuk gantian duduk di atas pangkuanku. Dengan posisi saling berhadapan kemaluanku menghujam kembali ke dalam liang kemaluannya dan gantian dia yang bekerja dengan gerakan memutarkan pinggulnya dan gerakan memaju-mundurkan bokongnya dan kadang kurasa liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluanku. Rupanya dia ingin membuatku keluar juga air maniku.

Setelah lebih kurang sepuluh menitan dia membuat batang kemaluanku kerja keras. Kulihat dia juga telah mau keluar lagi mengerang. Dia, “Aahhkk… akhh ahhh gue mauuu keluaarrr… lagii… samaa-samaaa kamuuuu keluarrr jugaa… yaaa…” erang Windi. “Aahhh yyaaa barenggg winn… guee juga ampirrrr… keluarr… aahhkk aakkhh… yaakkk keluuaaarr… ahkkk akhh…” erang Windi dan aku bersamaan, “Aahhh… giilaa…. eenaakk… puasss gueee,” rintih Windi. Keluar sudah dan tuntas birahi yang menghimpit dan menggunung di dada ini. Ada barangkali lima semprotan air maniku keluar membasahi seluruh rongga dalam liang kemaluannya sampai akhirnya kulepas batang ini.

Puas sekali. Setelah berbenah diri, mencuci dan membersihkan bekas-bekas yang ada dan ternyata kami telah memakai ruangan itu selama tiga jam dan habis total cuma Rp. 375.000 untuk semua all in, siiplah.
END
Royalflush88
HoyaJackpot

0 komentar:

Posting Komentar